Langsung ke konten utama

ASAL USUL KERAJAAN BANJAR

ASAL USUL KERAJAAN BANJAR

 

       Berdirinya kerajaan banjar tidak lepas dari pengaruh melemahnya Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Raden Sukarama. Ia akan mewariskan kerajaan Daha kepada cucunya yang bernama Raden Samudra anak dari Galuh Intan Sari dan Raden Mantri Jaya putra dari Raden Begawan saudara raja. Raja Sukarama memberikan warisan kepada cucunya karena menurut tradisi bahwa ibu seorang raja harus ada keturunan darah raja sedangkan istrinya raja tidak memiliki darah keturunan raja yang menyebabkan anak-anak raja tidak dapat menjadi calon raja. Pemberian warisan ini menimbulkan pertentangan oleh anak-anak raja yaitu Mangkubumi, Tumenggung, dan Bagalung. Setelah raja Sukarama wafat, maka terjadilah perebutan tahta dan kekuasaan yang dilakukan oleh Tumenggung dengan bantuan dari Arya Taranggana yang kemudian Mangkubumi lah yang menjadi raja Kerajaan Daha. Kejadian ini membuat Raden Samudra melarikan diri ke Hilir Sungai Barito dan menyamar menjadi nelayan. Raden Samudra ditampung oleh Patih Masih dan Patih Muhur berlindung di Kampung Melayu (Barito). Melihat potensi yang terdapat di banjarmasin dengan sumber daya manusia dapat dijadikan kekuatan untuk melawan Kerajaan Daha yang merupakan kekuatan pusat. Dalam upaya melepaskan diri dari kerajaan Daha yaitu dengan mendirikan bandar dagang sendiri dan tidak membayar upeti atau pajak. Kemudian Patih Masih memberikan saran untuk meminta bantuan Kesultanan Demak dalam melawan Kerajaan Daha. Kesultanan Demak mengajukan persyaratan bahwa Raden Samudra dan pengikutnya untuk masuk islam dan Raden Samudra pun menyetujui syarat tersebut. Kontingen Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Patih Dayan yang bergabung dengan pasukan Raden Samudra menyerang Kerajaan Daha dengan 40 ribu prajurit dengan 1000 perahu yang 400 prajurit mampu menahan serangan Kerajaan Daha. Pasukan dari Raden Samudra mendapatkan kemenangan dan Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaannya ke Raden Samudra. Kemudian Raden Samudra menggabungkan Kerajaan Daha dengan Kesultanan Banjar sebagai pusatnya di Banjarmasin. Di banjarmasin penduduknya (nagara, melayu, dayak, jawa) semua memeluk agama Islam, sejak itu Raden Samudra berganti nama menjadi Sultan Suriansyah (tahun 1526) dan menjadi Kesultanan Banjar.

Penulis: Salamiyah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cintaku di Periode 3

  Cintaku di Periode 3 Salamiyah   Cintaku kini ada di lingkaran yang semakin menyempitkan Kau datang bagai (Si) kovalen raksasa yang menghantui pikiran Titik lelah ku bagai natrium hingga silikon Meningkat saat kau hadir dalam hidupku Namun turun bagai fospor hingga belerang saat kau lenyap dari pandangan ku   Ketidak pedulianmu membuat hidup ini terikat logam   panas Semua ku hadapi dengan daya oksidasi yang kuat Walau terkadang aku lelah hingga akhirnya daya reduksiku mulai melemah Bahkan aku rela menambah energi ionisasi natrium hingga argon untuk menghadapi sifat mu Tapi semua itu tak berarti dihadapan mu   Namun, kini aku menyadari sesuatu tentang kita Hidup ini seperti ruang hampa tanpa kehadiranmu Tak akan berarti bila tanpa dirimu Engkau bukanlah separuh   jiwaku Tetapi engkau adalah seluruh   hidupku

Aku, Kamu, dan Pelabuhan Trisakti

  Aku, Kamu, dan Pelabuhan Trisakti Miyah Asheeqa             Aku seorang Pribumi yang hidup di masa pemerintahan Kolonial Belanda Tahun 1941. Hidupku selama ini lebih layak dibandingkan orang-orang Pribumi lainnya. Maklumlah Bapak ku menjadi orang kepercayaan Kompeni Belanda, itulah yang menyebabkan Keluargaku masih bisa merasakan kehidupan yang layak. “Non Sari, tunggu non....”, panggil salah satu pengawal bapak             Suasana pasar yang sangat ramai membuat hatiku sangat senang karena pasar Pelabuhan Trisakti ini hanya ada 1 kali dalam seminggu. Di sini aku dapat bebas dari pegawasan Bapak walaupun tetap ada anak buah bapak yang selalu mengikuti aku. Namun, aku selalu memiliki cara agar lepas dari pengawasan anak buahnya bapak. “Silahkan Non dibeli ikan yang masih segar ini hasil melaut saya”, panggil seorang pemuda “Iya, saya beli ikannya Kang”, jawabku...

Tatangkap Papuyu Bagincu

  TATANGKAP PAPUYU BAGINCU Salamiyah   Udin nang marantau di banua urang mancari duit gasan sasandaan balukar kuitan. Satahunan kada ada babulikan ka kampung, awak kurus karing kada ada nang mamasak akan. Si Udin taungut saurangan di muka lawang, kada lawas amat mandatangi. “Din, kita makanan nah di warung gadis nang langkar samalam” ujar Amat mambawai “Kada gin mat ai, liyur ku handak mamakan masakan kampung nah,” ujar Udin manyahuti “Nah mat ai, sama aku asa handak jua mamakan iwak di kampung… mahayal-hayal aku mamakan papuyu babanam bacacapan,” ujar Amat sambil managuk liyur “Mun kaya nintu kita baunjunan papuyu nah di sungai parak rumah pambakal,” ujar Udin sambil bapuat maambil umpan “Ih lajui dah, aku injami unjunnya lah,” ujar Amat pulang “Hiih ayuha, kita mambanam papuyu,” ujar Udin sambil membawa unjun   Wayah ngini sabarataan sungai rata-rata tarcamar sudah, nang limbah pabrik gin dibuangnya ka sungai. Nah ada jua nang manusianya nih pina bah...